Kerap kali saya paksakan keringat yang nampak dan tak
nampak ini untuk terus mengalir manakala saya berjuang untuk menjadi diri saya
sendiri.
Tuhan melahirkan saya sebagai seorang insan
manusia yang dibekali dengan segunduk sifat yang tidak bersahabat bagi populasi tempat saya hidup; ambisius,
idealis, perfeksionis, bekerja keras untuk meraih apa yang saya anggap penting
dan masih banyak lagi.
Saya sangat bersyukur karena saya adalah satu dari
banyak orang yang dikaruniai kemampuan untuk menyampaikan ide yang bersarang di
benak saya. Bagi saya, ide merupakan sebuah harta karun yang begitu berpengaruh
bagi penentuan hidup manusia di muka bumi. Ide sudah sepatutnya dilestarikan,
dan dibudidayakan—jangan sampai terbuang percuma. Ibarat sebuah berkah yang
diberikan dengan ikhlas tanpa imbalan, mana
punya hati saya menelantarkannya? Kira-kira seperti itulah filosofi yang
melandasi aksi dalam sikap-sikap saya.
Sayang sekali, ide itu dilahirkan oleh rahim yang
tidak layak mendapatkannya. Ide itu hendaknya tidak berada atau direalisasikan
oleh manusia yang tidak representatif, karena akan berujung percuma—seperti halnya
tidak digunakan sama sekali. Ide yang berada dalam diri saya seharusnya tidak
bersemayam untuk minta diwujudkan—sangat sulit,
beribu kali lebih sulit dari mengejawantahkan ide yang dimiliki inang yang
tidak mau mewujudkannya. Saya selalu mau, selalu membuat diri saya untuk mampu,
namun bukan salah ide tersebut untuk tidak dapat direalisasikan. Harta karun
tersebut terkemas di dalam tempat sampah. Manusia yang mengantonginya baiknya
bukan tempat sampah, seperti saya.
Mengapa saya berumpama demikian? Seperti yang kita
ketahui, tempat sampah sudah tidak akan disanjung. Semahal apapun mereka dibeli,
sebersih apapun mereka, seketat apapun perawatan mereka, setinggi apapun mereka disanjung, sekuat apapun usaha mereka untuk menaikan
derajat mereka di mata orang lain, mereka akan tetap menjadi tempat
dibuangnya sampah.
Begitulah saya. Sudah menjadi habitat saya untuk
dipandang ‘jelek’ oleh kebanyakan orang. Saya sama sekali tidak menyalahkan
mereka, karena pandangan mereka bukannya tidak beralasan. Saya memang banyak
salah, jadi wajar saja bila mereka sekarang menggunakan lensa yang selalu
melihat saya sebagai hal yang sering mencuatkan kesalahan. Saya sudah mencapai
tahap di mana ketika saya bahkan berkata ‘jangan mencontek’, hal baik dan
normatif tersebut tak akan lagi dipandang baik oleh yang mendengar, karena
pengujarnya adalah saya. Wajar bila mereka menyalahkan saya. Wajar bila mereka
tidak menyukai saya. Wajar bila saya diberikan ketidaksukaan, penolakan. Wajar bila tempat sampah diisi sampah.
Sungguh menyakitkan ketika tempat sampah itu
sekarang berisi harta karun. Sungguh menyedihkan ketika ide saya mendapatkan
dampak yang ditimbulkan diri saya. Ide tidak lagi dilihat baik; mereka juga
jadi dilihat seperti sampah, karena pengujarnya adalah tempat sampah. Begitu perih perasaan saya ketika hal yang
baik saya sampaikan, tetap dilihat tidak baik.
Saya harus menjadi diri saya, saya tahu.
Saya
orang yang selalu mengapresiasi datangnya ide dengan cara berupaya semaksimal
mungkin untuk mewujudkannya, saya tahu.
Saya adalah orang yang ambisius,
idealis, perfeksionis, bekerja keras untuk meraih apa yang saya anggap penting,
saya tahu.
Namun saya tidak kuasa berdalih dari kenyataan, harga untuk menjadi diri
saya sangatlah menyakitkan; darah
(air mata), luka (duka), kerusakan tubuh yang luar biasa (sakit hati yang luar
biasa), batin yang roboh, kepercayaan diri yang hancur, semuanya tak lagi nampak memungkinkan untuk saya bendung.
Sulit sekali mengelabui mata. Mata menunjukan
kebenaran. Ketika sekarang mata mereka
melihat perawakan diri ini sebagai tempat sampah, sulit untuk mengubahnya.
Kerap kali saya paksakan keringat yang nampak dan tak
nampak ini untuk terus mengalir manakala saya berjuang untuk menjadi diri saya
sendiri (Si Tempat Sampah).
Namun, saya lelah.
Maafkan saya, ide. Sudah saatnya saya mendapatkan
hidup yang tenang dan damai.
Maafkan
tempat sampah, harta karun. Sudah saatnya tempat sampah itu tidak lagi
dipergunakan untuk menyimpan harta karun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar